Ritual Begela’ Makai Taon merupakan upacara yang dilaksanakan oleh sub suku Dayak Kantu’ sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah serta sebagai sarana untuk berbagi hasil panen dengan roh nenek moyang dan segala roh yang terlibat dalam proses pertanian. Keyakinan nenek moyang dalam suku Dayak Kantu’ menyatakan bahwa tanah, air, beserta semua isinya merupakan kepemilikan dari raja mantal, petara, dan para roh. Manusia hanya meminjamnya dan dalam kegiatan bercocok tanam terdapat banyak prosesi adat yang dijalankan untuk memohon izin dan berdoa. Dalam perhelatan ritual Makai Taon, dilakukan juga Sampi (doa) kepada nenek moyang dan leluhur lainnya. Sampi ini berisi ucapan terima kasih dan permohonan agar hasil bercocok tanam dan segala usaha pada tahun-tahun mendatang dapat meningkat dan diberkati.
Persiapan upacara Begela' Makai Taon dalam tradisi Dayak Kantu' merupakan proses yang kaya akan tradisi dan simbolisme. Ritual ini merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Dayak Kantu’ yang kaya akan nilai budaya dan nilai spiritual. Persiapan dimulai sebelum hari upacara dengan partisipasi seluruh anggota keluarga dan terkadang terdapat beberapa tetangga yang membantu. Adapun bahan yang perlu dipersiapan yaitu:
1. Nasi’Amur
Nasi’ Amur adalah sebuah varietas nasi putih yang ditanam dengan penuh dedikasi oleh petani lokal di ladang mereka sendiri. Nasi ini memiliki peran penting dalam budaya dan kepercayaan tradisional, digunakan baik sebagai komponen utama dalam hidangan khas maupun sebagai bahan suci dalam rangkaian sesajen atau Nipan Pegela' dalam ritual Makai Taon yang dipersembahkan kepada Petara, yang dianggap sebagai manifestasi Tuhan dalam kepercayaan masyarakat setempat.
2. Pului Burak
Pului Burak adalah pulut putih/beras ketan putih (Oryza Sativa Glutinosa) lokal yang ditanam diladang masyarakat dayak kantu’ yang digunakan sebagai bahan pembuat makanan dan minuman khas seperti Aik Beram/Aik Utai atau tuak, pulut tersebut juga salah satu bahan yang digunakan untuk sesajen atau Nipan Pegela’ dalam ritual makai taon yang dimasak menggunakan bambu (Buluh).
3. Pului Mansau
Pului Mansau, yang berasal dari tanaman padi merah yang ditanam oleh masyarakat adat Dayak Kantu' di ladang mereka, merupakan salah satu komponen berharga dalam warisan budaya kuliner mereka. Pulut merah ini memiliki peran yang sangat penting dalam pembuatan berbagai hidangan tradisional Dayak Kantu', seperti Asi' Ruaih, Aik Beram/Aik Utai, dan tuak. Tidak hanya itu, Pului Mansau juga berfungsi sebagai elemen sentral dalam praktik ritualistik seperti sesajen atau Nipan Pegela', khususnya dalam pelaksanaan ritual makai taon yang mengharuskan penggunaan bambu (Buluh) dalam proses memasaknya.
4. Pului Celum
Pului Celum merupakan varietas pulut hitam yang berasal dari produk lokal yang dihasilkan melalui panen di ladang yang dimiliki oleh masyarakat adat Dayak Kantu'. Bukan hanya menjadi bagian integral dalam proses pembuatan makanan dan minuman khas suku Dayak Kantu', tetapi juga memegang peran penting dalam aspek ritual adat dayak Kantu’ yang memiliki nilai kesakralan. Bahan ini digunakan sebagai salah satu persembahan kepada Petara dalam pelaksanaan ritual Begela’ Makai Taon.
5. Lingkau Lesit
Lingkau Lesit adalah suatu flora endemik yang secara tradisional ditanam oleh masyarakat adat Dayak Kantu' di dalam wilayah ladang mereka. Tanaman ini secara umum ditanam mengelilingi ladang padi, membuktikan peran pentingnya dalam ekosistem pertanian mereka. Dalam budaya Dayak Kantu', Lingkau Lesit memiliki peran sentral dalam kuliner tradisional, terutama digunakan dalam persiapan hidangan khas seperti bubur, serta digunakan sebagai unsur utama dalam persiapan Nipan Pegela' (Sesajen) yang didedikasikan untuk upacara ritual Begla' Makai Taon sebagai tanda penghormatan kepada Petara.
6. Jawa’
Jawa' adalah sejenis tanaman yang dikenal dengan nama ilmiah Setaria Italica. Tanaman tersebut merupakan tanaman yang telah lama menjadi bagian integral dari ladang-ladang yang dikelola oleh masyarakat adat Dayak Kantu'. Tanaman ini memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembuatan bubur Jawa', sebuah hidangan tradisional yang menjadi ciri khas dari suku Dayak. Selain sebagai bahan utama dalam bubur Jawa', tanaman Jawa' juga memainkan peran yang tak tergantikan dalam persiapan untuk ritual makai taon suku Dayak Kantu' yaitu sebagai salah satu bahan untuk Nipan Pegela’, yang merupakan salah satu upacara adat yang paling dihormati dalam budaya mereka. Keberadaan tanaman ini tidak hanya mencerminkan pentingnya Jawa' dalam konteks kuliner, tetapi juga dalam aspek spiritual dan budaya yang mendalam bagi suku Dayak Kantu'.
7. Buah Kelap’
Buah Kelap’, atau lebih dikenal sebagai buah kelapa dalam bahasa Indonesia yang memiliki nama latin Cocos Mucifera L., memiliki peran yang sangat penting dalam pelaksanaan Nipan Pegela' dalam konteks tradisi Dayak Kantu' ritual Makai Taon. Dalam upacara ini, buah kelapa dianggap sebagai salah satu komponen yang harus dipersiapkan. Buah kelapa dijadikan persembahan yang amat sakral kepada Petara, entitas spiritual yang dipercayai sebagai Tuhan dalam tradisi ini. Keseluruhan prosesi ini mencerminkan kedalaman makna dan keagungan upacara tradisional Dayak Kantu', di mana buah kelapa memiliki peran sentral dalam menghormati dan berkomunikasi dengan alam gaib.
8. Buah Pisang
Buah Pisang dengan nama latin Musa memiliki peran yang sangat signifikan dalam kehidupan masyarakat suku Dayak Kantu’. Selain menjadi bagian integral dari pola makan sehari-hari bagi mayoritas orang, buah Pisang juga menduduki posisi penting dalam konteks Spiritual. Dalam tradisi Dayak Kantu', buah Pisang digunakan sebagai bahan utama dalam persembahan ritual yang dikenal dengan nama "Nipan Pegela'" atau sesajen. Ritual ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari tradisi Makai Taon yang diwariskan secara turun temurun dalam budaya Dayak Kantu'.
Potensi Wisata
Potensi wisata dalam ritual Begela’ Makai Taon yang dilakukan oleh sub suku Dayak Kantu’ adalah potensi untuk pengembangan wisata budaya dan wisata spiritual.
Pertama, ritual ini dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan yang tertarik dengan kekayaan budaya dan tradisi suku Dayak. Wisatawan dapat melihat secara langsung bagaimana prosesi adat dilakukan, termasuk upacara penghormatan kepada roh nenek moyang serta kegiatan yang terlibat dalam proses pertanian tradisional.
Kedua, potensi wisata spiritual terkait dengan konsep doa dan kepercayaan yang ditanamkan dalam ritual ini. Wisatawan dapat memahami filosofi di balik ritual tersebut, bagaimana nenek moyang dihormati dan dihubungi, serta bagaimana kepercayaan terhadap tanah, air, dan roh-roh lainnya memainkan peran penting dalam kehidupan suku Dayak Kantu’.
Dengan mempromosikan ritual Begela’ Makai Taon sebagai bagian dari pariwisata budaya, akan terbuka peluang untuk mengenalkan dan melestarikan warisan budaya yang kaya dari suku Dayak Kantu’ kepada dunia luar. Ini juga dapat memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk mengembangkan ekonomi berbasis pariwisata di sekitar area di mana ritual ini dilaksanakan, melalui penyediaan layanan pendukung seperti akomodasi, kuliner, kerajinan tangan, dan lainnya.
Kabupaten Kapuas Hulu - Kalimantan Barat
Website desa dibangun sebagai bagian dari SISTEM INFORMASI DESA yang berfungsi sebagai portal informasi, transparansi, dan sosialisasi pemerintah terkait tata kelola pembangunan kawasan perdesaan (pembangunan, pembinaan dan pemberdayaan) yang dirasakan langsung oleh masyarakat sebagai penerima manfaat. Website desa juga...
selengkapnya>>>Kunjungi Produk Desa